Minggu, 04 Oktober 2020

Inovasi Itu Dekat

 

    Quality is everyone’s responsibility”, sebuah kalimat yang dikatakan oleh William Edwards Deming, salah satu tokoh penting dalam dunia quality. Beliau memiliki kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan statistical quality control dan banyak memberi inspirasi bagi industri-industri di Jepang untuk bangkit dari keterpurukan setelah Perang Dunia II. Untuk menghormati jasanya, mulai pada tahun 1951 diadakan suatu penghargaan yang bernama Deming Prize, penghargaan paling tinggi dalam bidang Total Quality Management (TQM).

    Pembahasan mengenai Deming Prize di Paragon tidak pernah ada habisnya. Pak Harman, Group CEO Paraversa, berulang kali mengingatkan di Whatsapp Group Paragon Satu mengenai cita-cita ini dan selalu mengakhiri dengan kalimat “Do we share the same dream?. Ya, Paragon dan seluruh Paragonian (sebutan untuk personil Paragon) punya cita-cita yang sama, menjadi perusahaan asli Indonesia pertama yang meraih Deming Prize.

    Perjalanan untuk meraih Deming Prize tentu tidaklah mudah. Bukan hanya penghargaannya yang ingin Paragon raih, melainkan penerapan continuous quality improvement dalam proses bisnis yang dijalankan. Perlu diketahui bahwa TQM ini tidak hanya fokus pada kualitas produk dan proses tetapi juga kualitas perusahaan.

    Dalam mencapai tujuan ini, terdapat beberapa milestone, seperti transformation QC to QA, sertifikasi ISO, hingga mengurangi pemeriksaan kualitas produk oleh tim Quality. Mengapa hal itu perlu dilakukan? Kembali lagi seperti kalimat pertama dalam tulisan ini, Quality is everyone’s responsibility. Kualitas bukan hanya tanggung jawab dari tim Quality saja, tetapi kualitas merupakan tanggung jawab dari seluruh Paragonian dalam setiap proses kerjanya.

    Bagi saya, salah satu yang menarik dari perjalanan menuju Deming Prize ini adalah adanya Quality Improvement Team (QIT) yang saat ini dilaksanakan di pabrik. QIT merupakan suatu kelompok yang terdiri dari 4-6 operator dan bertujuan untuk melakukan improvement sesuai dengan area kerja masing-masing. Tentu improvement yang dilakukan untuk semakin meningkatkan kualitas produk, kualitas pekerjaan sehari-hari, dan menumbuhkan ownership terhadap kualitas pada setiap departemen. Meskipun demikian, para operator tidak dilepas begitu saja, masing-masing kelompok didampingi oleh fasilitator serta coach yang bisa membantu jika terdapat kendala dalam proses QIT.

    Kalau ide improvement diusulkan oleh pihak manajemen, ya itu merupakan hal yang biasa. Tetapi yang luar biasa, QIT ini merupakan ide improvement yang diusulkan oleh tim shopfloor atau operator yang sehari-hari menjalankan pekerjaan tersebut. “Wah!” menjadi kata yang paling sering saya ucapkan di Paragon. Kekaguman saya terhadap Paragon selalu ada dan ada lagi. Seluruh personil bahkan sampai level operator dilibatkan dalam proses improvement, sesuai dengan misi Paragon yang pertama “Mengembangkan Paragonian” dan value-nya yang ke enam yaitu “Inovasi”.

    Dengan adanya QIT ini, Paragon menjadi mampu menumbuhkan kepekaan dan menggali ide-ide dari operator. Mereka pun semakin bertambah ilmunya, tidak hanya melakukan pekerjaan yang monoton itu-itu saja, tetapi juga belajar untuk berpikir sistematis, menerapkan langkah Plan, Do, Check, Act (PDCA), mulai dari identifikasi masalah, analisa data, analisa sebab, rencana improvement, pelaksanaan improvement, periksa hasil, standardisasi, dan pencarian masalah berikutnya. Sebagai fasilitator QIT, saya pun sangat kagum dengan usaha dan hasil improvement yang dilakukan oleh tim QIT.

    Jika biasanya operator cenderung diam, pasif, dan hanya mengikuti instruksi superior, ternyata ketika difasilitasi seperti ini, banyak ide yang bisa disampaikan hingga akhirnya terealisasi menjadi improvement. Jiwa kompetitifnya pun muncul, tidak mau kalah dengan tim yang lain, sehingga terus berusaha melakukan yang terbaik. Dampak dari improvement ini pun tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan tetapi juga mempermudah pekerjaan mereka sehari-hari.

    Pak Harman pernah mengatakan “Teman-teman jangan merasa sebagai obyek penderita, tetapi harus menjadi subyek perubahan”. Kalimat ini sungguh mengena bagi saya. Dalam bekerja, tentu kita akan banyak menghadapi permasalahan. Tetapi disini kita diingatkan bahwa masalah itu bukan melulu hal yang negatif. Justru dari adanya berbagai masalah, kita harus menjadi subyek perubahan, memunculkan ide-ide improvement demi Paragon yang lebih baik lagi. Dengan adanya QIT ini pun juga memunculkan spirit baru bagi teman-teman operator, jika ada permasalahan, maka akan selalu ada inovasi yang bisa dilakukan. Tidak heran jika dalam tagline QIT dikatakan bahwa #InovasiItuDekat.

    Semoga dengan berbagai upaya yang dilakukan, Paragon bisa mencapai cita-cita menjadi perusahaan asli Indonesia pertama yang mendapatkan Deming Prize. Tetap semangat berinovasi, karena inovasi itu dekat! :)

Kamis, 01 Oktober 2020

Pabrik Jatake

My journey starts from here.

Wanita mana sih yang nggak tau Wardah, Emina, maupun Make Over? Produk kosmetik yang sedang naik daun, sering launching produk baru, ibarat produk yang kemarin belum sempat kebeli, udah launching produk baru lagi. Selalu berhasil membuat para wanita ingin mengoleksi berbagai jenis kosmetiknya. Ya, saya termasuk salah satu wanita itu. Bahkan saat kuliah sempat terpikir, seru kali ya kerja di perusahaan kosmetik, nanti bisa dapat kosmetik gratis. Kalau diingat-ingat, ya ampun, pemikiran saya kok sesimpel itu.

Time flies, tiba juga saatnya saya tes kerja di PT Paragon Technology and Innovation, perusahaan yang menaungi brand Wardah, Emina, dan Make Over. Saat interview dengan Board of Directors, saya sempat request “Kalau bisa saya tidak di pabrik, Pak”. Tetapi saya ingat betul waktu itu Pak Harman mengatakan “Kalau saya maunya kamu di pabrik gimana?” Wah, pertanyaan yang sulit, hehe. Saya takut tidak bisa bertahan lama jika harus bekerja di pabrik. Saat itu saya membayangkan bahwa kehidupan pabrik akan sangat keras, monoton, dan melelahkan. Singkat cerita, akhirnya saya diterima sebagai MT Quality Control, ya tentunya bekerja di pabrik.

Bekerja di pabrik dan bahkan juga tinggal di dalam pabrik adalah pengalaman yang tidak pernah terbayangkan dalam hidup saya. Ibarat keluar pintu, udah langsung tempat kerja. Pabrik Paragon ini berada di Kawasan Industri Jatake, Tangerang. Bagi yang pernah ke Pabrik Jatake, pasti bisa membayangkan, betapa jauhnya pabrik ini dari dunia hiburan. Mau keluar kawasan industri saja jauh, sejauh mata memandang, ya isinya pabrik-pabrik. Yah, namanya juga kawasan industri, nggak mungkin pemandangannya sawah, hehe. Awalnya saya berpikir, bisa nggak ya bertahan di tempat seperti ini. Udah di pabrik, pelosok, jauh dari mana-mana.

Setelah berproses selama hampir 2 tahun, ternyata segala pemikiran saya tentang kehidupan pabrik itu salah besar. “Waaaah!” menjadi kata yang paling saya ucapkan selama di tempat ini. Pabrik Paragon berbeda dengan cerita-cerita tentang pabrik yang pernah saya dengar, bahkan sempat saya alami sebelumnya. Kehidupan pabrik keras? Salah besar. Kekeluargaan di pabrik ini sungguh terasa, tidak hanya formalitas dalam value yang diucapkan setiap morning briefing. Saya rasa hampir tidak pernah ada drama marah tidak jelas di tempat ini. Ketika ada permasalahan, kita selalu dituntut untuk berpikir “Lalu bagaimana solusinya?” Permasalahan yang dihadapi justru menjadi inspirasi untuk terus berinovasi dan melakukan continuous improvement, “menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin” seperti yang tertulis dalam visi Paragon.

Monoton? Mana mungkin. Improvement yang ada di pabrik dilakukan dengan sangat cepat. Bahkan tak sedikit training dan personal development yang dilakukan untuk karyawannya. Demi apa? Ya demi mengembangkan Paragonian, sesuai dengan misi Paragon. Kalau boleh dibilang, kerja di Paragon rasanya seperti sekolah lagi. Tidak pernah membosankan, karena kita harus selalu belajar, belajar, dan belajar. Sama seperti quotes yang sering dikutip oleh tim Paragon University, “Never stop learning, because life never stops teaching”.

Melelahkan? Ya sewajarnya bekerja. Kalau tidur kelamaan ya pasti lelah juga kan? Hehehe.

Rasanya tinggal di dalam pabrik? Enak aja kok! Tinggal di mess bersama teman-teman, bisa masak bareng, dan yang terpenting tidak perlu memikirkan drama kemacetan saat berangkat maupun pulang kerja, tinggal jalan kaki berapa langkah juga sampai. Ingin olahraga? Bisa lari keliling pabrik, secapeknya, hehe. #SelaluBersyukur kalau kata iklannya Wardah.

Terima kasih Paragon. I’m so proud to be part of Paragonian :)

Kamis, 24 September 2020

Yakin Kamu Butuh?

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, terdapat perubahan pola belanja pada diri kita. Saat ini kita sudah banyak beralih dari yang biasanya belanja di warung, supermarket, maupun mall menjadi belanja secara online. Apalagi di masa pandemi ini tentu saja belanja online adalah pilihan terbaik supaya kita tidak perlu pergi keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dengan adanya fasilitas belanja online, tentu kita sangat dimudahkan. Kita tidak perlu bepergian jauh melawan kemacetan untuk mendatangi suatu toko demi membeli produk yang diinginkan. Saat ini belanja bisa dilakukan dalam genggaman. Sudah banyak online shop yang ada di platform digital, kita memesan produk yang diinginkan melalui smartphone, melakukan transaksi pembayaran via online, dan produk langsung dikirimkan ke alamat yang kita tentukan. Sangat mudah, bukan?

Tetapi ada yang perlu direnungkan, nih. Saat akan belanja online, apakah yakin produk yang kamu beli itu adalah produk yang kamu butuhkan? Atau sebenarnya kamu hanya tergiur dengan berbagai promo yang ada? Belum lagi kalau ada flash salefree giftfree ongkir, maupun berbagai promo menarik lainnya. Pernahkah ketika kamu selesai belanja online, lalu menyesal karena sebenarnya kamu tidak terlalu membutuhkan produk tersebut?

Berikut salah satu tips supaya kita tidak menyesal ketika melakukan belanja online. Ketika kamu ingin membeli produk secara online, kamu tidak perlu terburu-buru untuk segera melakukan transaksi pembayaran. Pilih produk yang kamu inginkan dan masukkan terlebih dahulu ke dalam keranjang belanja atau wishlist kamuKenapa begitu? Ya, dengan begitu kamu jadi memiliki waktu lebih panjang untuk berpikir. Apakah kamu benar-benar membutuhkan produk tersebut atau hanya keinginan sesaat saja? Apalagi dengan berbagai macam pilihan dalam platform belanja online, biasanya kamu akan merasa bahwa semuanya perlu dibeli.

Kamu bisa menunggu hingga keesokan harinya lalu lihat kembali keranjang belanja kamu, apakah produk-produk yang ada disitu memang kamu butuhkan? Kamu juga bisa bertanya pada diri kamu sendiri, apakah harus dibeli saat ini atau bisa ditunda pembeliannya? Kalau memang mendesak, kamu bisa langsung melakukan transaksi pembayaran. Akan tetapi kalau bisa ditunda, lebih baik kamu tidak langsung membelinya pada saat itu juga. Dengan menunda pembelian, kamu memiliki waktu yang lebih panjang lagi untuk berpikir dan mempertimbangkan urgensi pembelian produk tersebut. Jadi produk yang nantinya kamu beli, memang benar-benar produk yang kamu butuhkan, bukan hanya keinginan sesaat.

Walaupun belanja online sangat mudah untuk dilakukan, kamu tetap harus bijaksana dalam berbelanja, ya. Terutama pada masa pandemi seperti ini, kita perlu mengontrol pengeluaran dengan baik. Jangan sampai hanya karena tergiur dengan berbagai promo yang ada, kita jadi menghabiskan banyak uang untuk membeli berbagai produk yang sebenarnya tidak diperlukan, dan berujung pada penyesalan. 

Minggu, 09 Desember 2018

PENGALAMAN SELEKSI GTP COCA COLA AMATIL INDONESIA 2018 

 

Hai guys! Disini aku mau cerita tentang pengalamanku mengikuti seleksi Graduate Trainee Program Coca Cola Amatil Indonesia atau biasa disingkat GTP CCAI. Aku dapat info tentang recruitment ini dari Job Fair yang diadakan oleh Sekolah Vokasi UGM pada bulan Mei 2018. Pada saat itu aku mendaftar untuk posisi Sales General Trade. Sore hari setelah mendaftar, aku langsung mendapat email dari tim HR CCAI isinya undangan untuk tes tertulis tanggal 6 Mei 2018 di UGM.

Tahapan pertama dari tes ini adalah tes koran atau Kraepelin. Pasti teman-teman udah pada familiar kan ya sama tes semacam ini. Tips dari aku sih yang penting kalian fokus dalam mengerjakan tes ini karena kehilangan beberapa detik saja itu kalian bakal rugi banget. Tidak lama setelah tes, langsung diumumkan siapa saja yang lolos ke tahap selanjutnya.

Setelah lolos tes koran, langsung dilanjutkan dengan Leaderless Group Discussion (LGD). Pada LGD ini tiap kelompok terdiri dari 8 orang. Para peserta diberikan suatu case kemudian masing-masing menuliskan argumennya pada selembar kertas, setelah itu diskusi bersama, dan salah satu mempresentasikan hasil diskusi kelompok kepada assessor. Oiya, seluruh proses recruitment GTP CCAI ini menggunakan Bahasa Inggris ya guys, jadi pada saat LGD pun juga harus menggunakan Bahasa Inggris. Untuk GTP CCAI ini ada 4 posisi yang ditawarkan yaitu Sales, HR, Finance, dan Supply Chain Management. Tentunya case yang diberikan mencakup dari 4 bidang tersebut. Tapi kita boleh milih kok mau fokus ke bidang yang mana, bebas tidak ada batasan. Saranku sih kalian harus aktif ketika diskusi karena pihak assessor akan memantau kita selama diskusi berlangsung. Setelah presentasi hasil diskusi, assessor akan langsung mengumumkan siapa saja yang lolos ke tahap selanjutnya.

Tahapan setelah LGD ini adalah Interview HR. Sebelum interview para peserta yang lolos akan diminta untuk mengerjakan ulang case seperti pada saat LGD selama 12 menit. Akan tetapi case yang dikerjakan harus sesuai dengan posisi yang kita daftar di awal. Karena aku mendaftar posisi Sales GT maka pada tugas ini aku fokus membahas terkait sales. Setelah itu, kita akan dipanggil satu per satu untuk interview dengan tim HR CCAI. Pada saat interview ini, kita juga diminta untuk mempresentasikan tugas yang kita kerjakan sebelumnya. Interview HR ini juga menggunakan Bahasa Inggris ya. Tapi tenang aja nggak usah takut guys, aku ngomongnya juga belepotan kok nggak bagus-bagus amat Bahasa Inggrisnya. Setelah interview, peserta dipersilakan untuk pulang. Apabila lolos dalam tahap ini maka akan mendapat informasi dari tim HR CCAI melalui email. 

Pada tanggal 11 Mei 2018, aku mendapatkan email dari tim HR CCAI yang menyatakan bahwa aku lolos interview HR dan akan dikirimkan link untuk mengerjakan soal tes online. Aku sempat bingung karena sampai satu bulan lebih tidak ada email dari tim HR CCAI lagi. Akhirnya tanggal 2 Juli ada email invitation untuk online test di Karir.com. Ada 3 jenis tes yang harus dikerjakan yaitu English Test, Communication Test, dan Reasoning Test. Setelah mengerjakan tes akan langsung muncul hasilnya, kita langsung tahu bagaimana kemampuan Bahasa Inggris kita dan gaya komunikasi kita seperti apa. Tapi kita tidak langsung tahu apakah kita lolos ke tahap selanjutnya atau tidak. Setelah menunggu sekitar 2 mingguan, aku mendapatkan email bahwa aku lolos dalam tes ini dan akan diinfokan lagi untuk jadwal interview user.

Pada akhir bulan Juli, aku mendapatkan telepon dari CCAI Jakarta untuk memberi tahu jadwal interview user. Karena pada saat interview HR aku memilih untuk ditempatkan di area Central Java maka aku akan di-interview oleh General Manager Sales General Trade Central Java. Saat itu tim HR menginfokan bahwa interview user di Jawa Tengah akan dilakukan pada akhir bulan Agustus. Waiting time-nya lama yah, hehe. 

Setelah menunggu sekian lama, akhirnya pada 31 Agustus 2018 aku interview user di Hotel Gaia Cosmo Yogyakarta. Awalnya aku sempat deg-degan, tapi GMnya baik banget ternyata. Pada saat awal interview beliau menjelaskan bagaimana gambaran pekerjaan sebagai Sales GT, terkait kelebihan dan kekurangannya, dan kita bisa bebas bertanya apapun supaya sebagai calon karyawan kita paham hal apa saja yang nantinya akan kita kerjakan. Yah intinya interview user ini tidak semenakutkan seperti yang aku bayangin. Dua minggu setelah interview user, aku mendapatkan telepon bahwa aku lolos interview user dan akan dilanjutkan dengan interview director.

Tahap interview director ini juga dilaksanakan di Yogyakarta tanggal 17 September 2018. Pada saat interview director pun kita juga menggunakan Bahasa Inggris. Saat itu aku interview kurang lebih selama 45 menit. Tapi tenang aja, diakhir interview, kita akan diajak ngobrol menggunakan Bahasa Indonesia kok. Aku justru mendapatkan banyak insight baru dari Regional Director Sales Coca Cola ini.

Pada tanggal 19 September 2018 aku mendapatkan telepon lagi dari tim HR CCAI yang mengatakan bahwa aku lolos ditahap interview director, offering, dan diberikan jadwal untuk Medical Check Up (MCU) di Semarang. Saat itu aku seneng banget dong, akhirnya setelah sekian lama melewati berbagai tahapan tes, one step closer. Tapi ternyata karena suatu hal aku dinyatakan tidak lolos MCU. Akhirnya nggak jadi keterima di GTP CCAI deh. Mungkin belum rejekinya kali ya, hehe. Sekian cerita dari aku, semoga bermanfaat buat teman-teman yang mau seleksi GTP CCAI. Happy reading! :)